Luis Alberto Suarez Diaz atau yang sering dipanggil Luis Suarez adalah seorang pemain sepak bola profesional yang berasal dari Uruguay. Ia lahir pada tanggal 24 Januari 1987 di Salto, Uruguay. Saat ini ia merupakan salah satu punggawa dari klub Liverpool dan bermain pada posisi penyerang. Selain itu ia juga termasuk salah satu punggawa timnas Uruguay.
Karir Junior:
2003–2005 : Nacional
Karir Senior:
2005–2006 : Nacional
2006–2007 : FC Groningen
2007–2011 : Ajax
2011–Sekarang : Liverpool
Karir timnas:
2007 Uruguay U20
2007–Sekarang : Uruguay
Kota Salto di Uruguay
dikenal apik, indah, dan bersih. Sebagai salah satu kota tujuan wisata
di Uruguay, Salto berhiaskan taman-taman yang nyaman untuk jalan-jalan.
Udaranya juga sejuk. Di sini biasanya, para turis akan mencoba mencicipi
minuman herbal dari dedaunan seperti daun teh yang menjadi ciri khas
Salto.

Salah satu sudut Kota Salto, Uruguay
Sosok Luis Alberto Suarez Diaz atau yang lebih dikenal sebagai Luis Suarez lahir di kota ini 26 tahun silam, 24 Januari 1987. Suarez terlahir dari orangtua yang biasa-biasa saja.
Sejak kecil, Luis Suarez memang sudah terlihat suka sepakbola. Kedua orangtuanya Rodolfo dan Sandra mencium bakat lebih anaknya itu. Ketika Luis masih berusia 6 tahun, sang ayah membawanya bersama enam saudaranya yang lain, pindah ke Montevideo, Ibukota Uruguay.
Masuk Klub Anak-anak
Ayah dan ibunda Luis ingin segera memasukkan putranya itu ke sebuah klub sepakbola di Montevideo.
"Ketika kami datang untuk tinggal di Montevideo, kami mulai mencari tim untuk dia. Saya diberitahu tentang Urreta, sekolah sepakbola yang mahal," kata Sandra.

"Dalam sebuah uji laga persahabatan beberapa hari setelah Luis masuk, mereka sempat kemasukan 2 gol. Lalu mereka memasukkan Luis, dan dia mencetak 3 gol untuk tim hingga akhirnya unggul 3-2," tambahnya lagi.
Seorang pencari bakat sempat mengendus keistimewaan bocah kelahiran Salto ini. Dialah Wilson Pirez, pencari bakat yang biasa bekerja untuk Klub Nacional Uruguay. Tahun 1998 itu benar-benar menjadi saat paling bersejarah bagi Luis.

"Saya menemukan dia ketika bocah itu berusia 9 tahun bermain di tim sepakbola anak-anak," ujar Wilson Pirez.
Wilson Pirez amat kagum pada kemampuan lengkap yang dimiliki Luis Suarez, bocah kecil itu.

"Dia memiliki kemampuan yang luar biasa untuk seorang bocah dengan umur segitu. Dia bocah laki-laki pemberani, permainannya indah, perilakunya baik. Anda selalu bisa tahu, dia akan menjadi pemain hebat," ungkapnya menambahkan dengan mimik dan nada kagum.

Orangtua Bercerai
Sekolah Luis berantakan. Kondisi keluarga jadi kacau akibat orangtuanya berpisah. Ya, Rodolfo dan Sandra bercerai. Rodolfo yang bekerja sebagai portir itu pun kemudian meninggalkan keluarganya. Luis kecil selanjutnya ikut sang ibu.

Bersama saudaranya Maxi Miliana dan nenek Lila Piriz orang terdekat selain Sandra sang ibunda
Dalam sebuah wawancara dengan Daily Mail 2011, Luis pun sempat menceritakan kisah masa lalunya itu.
"Kehidupan keluarga sangat sulit. Saya mengundurkan diri dari sepakbola karena sulit berkonsentrasi," ungkapnya.

Sandra Diaz sang ibunda sosok paling berpengaruh dalam kehidupan Suarez
Luis Suarez amat dekat dengan sang bunda dan neneknya. Selain mereka, masih ada lagi sosok yang begitu merasuk di hatinya seorang gadis cantik Sofia Balbi. Luis jatuh cinta pada cewek berusia 13 tahun ini, dan dalam kehidupannya dia sangat berpengaruh.
![Kisah Luis Suarez: Tak Bisa Bahasa Asing Nekat ke Belanda [2] Kisah Luis Suarez: Tak Bisa Bahasa Asing Nekat ke Belanda [2]](http://static6.com/201311/suarez-muda-131105b.jpg)
Sejenak bocah laki-laki yang dipanggil itu tak menghiraukan panggilan tersebut. Tapi sekali lagi, wanita yang terlihat sudah berumur itu memanggilnya sambil berteriak.
Anak yang dipanggil itu lalu menoleh dan buru-buru menuju arah suara panggilan tersebut. Bocah laki-laki itu terlihat amat manja.
Pemilik suara itu tak lain Lila Piriz, wanita berambut putih nenek bocah laki-laki yang tadi amat lincah bermain bola. Anak itu Luis Suarez sang cucu kesayangan memang sering dipanggil 'Mi Negrito'. Atau dalam terjemahan bebasnya bisa diartikan 'Bocah Item' atau 'Anak Negro'.
Nenek Lila mengungkapkan bahwa panggilan itu di kampungnya biasa meluncur begitu saja, tanpa ada rasa merendahkan atau yang sebangsanya. 'Mi Negrito' setara dengan 'honey' atau panggilan kesayangan lain khususnya bagi anak-anak di sini. Menurut Lila, panggilan itu menjadi ungkapan kedekatan dan keakraban.
"Ini biasa di Uruguay. Panggilan itu merupakan ungkapan rasa sayang kepada seseorang. Terutama anak-anak," kata nenek berusia 73 tahun yang sangat menyayangi cucunya itu.
Suarez anak Rodolfo dan Sandra Diaz ini menjadi salah satu cucu kesayangan Lila. Anak keempat dari enam bersaudara ini amat disayang Lila karena selain lincah juga pemberani. Sebenarnya masih ada satu lagi, adik tiri Suarez. Beberapa tahun setelah Sandra bercerai dengan Rodolfo, sang ibu menikah lagi dengan seorang pria pekerja bangunan dan mempunyai seorang anak.
Rodolfo, anak laki-laki Lila, menikahi Sandra yang ketika itu masih berusia 15 tahun. Waktu itu, Rodolfo yang berusia 5 tahun lebih tua dari Sandra bekerja di pabrik biskuit dan kemudian pindah kerja di sebuah hotel sebagai bell-boy.
Keluarga Rodolfo-Sandra tinggal bersama Lila dengan suaminya Atacildo yang sudah berumur 79 tahun. Sang kakek pensiunan tentara Uruguay yang sudah lemah itu menghabiskan hari-harinya dengan lebih banyak duduk di beranda depan rumah. Kakek-nenek ini memenuhi kebutuhan hidup dari mengandalkan tunjangan pensiunan militer.
Keturunan Kulit Berwarna
Dalam suatu kesempatan, saudara sepupu Luis dari pihak ibu Sandra Diaz, menunjukkan beberapa foto keluarga. Salah satu gambar itu antara lain ayahnya sendiri Jorge Sr dan sang kakek Alberto. Sang kakek ini dulunya dikenal sebagai wasit sepakbola dan bekerja sehari-hari di pabrik gula. Alberto berdarah campuran kulit hitam dan ras Amerika Latin.
Ketika Luis Suarez dituduh rasis terkait pernyataannya yang dianggap 'menghina' Patrice Evra dengan kata-kata 'negro', sang nenek Lila langsung bereaksi. Menurut Lila, hukuman kepada Luis Suarez terkait kasus tersebut terlalu berlebihan.
"Kakeknya (Luis) sendiri negro. Dan kata-kata negro di sini bukanlah rasis. Itu biasa, seperti orang memanggil temannya dengan si kurus, si gemuk, atau panggilan apa pun," ungkap Lila terkait sanksi dari Asosiasi Sepakbola Inggris FA kepada cucu kesayangannya itu.
Sejak kecil hingga masa kuliah di Montevideo, Luis bermain dan bergaul dengan siapa pun termasuk anak-anak berkulit hitam.

"Tak ada masalah! Tuduhan bahwa Luis melontarkan kata-kata rasis, itu konyol," kata Lila, seperti dikutip The Sun beberapa saat setelah muncul kasus tersebut.
Beda Uruguay, beda pula Inggris. Striker Timnas Uruguay 2002 yang berkulit hitam Richard Javier Morales Aguirre atau yang lebih dikenal sebagai Richard Morales mengatakan ia dan keluarganya tak pernah mengalami diskriminasi ras di Uruguay.
"Saya tidak peduli orang mau memanggil saya apa, negro atau negrito. Tapi di Inggris, tampaknya Anda tak bisa melakukan itu karena Anda bisa disalib," ungkapnya dengan nada agak bercanda.
Kasus rasis yang dituduhkan kepada Luis Suarez terjadi ketika Liverpool menjamu Manchester United di Stadion Anfield, Sabtu 15 Oktober 2011. Waktu itu, Evra tak terima karena Luis melontarkan kata-kata rasis padanya. Suarez memang sudah meminta maaf atas peristiwa tersebut. Namun di balik itu, seperti diungkapkan TV Uruguay RR Gol, persidangan menyangkut tuduhan rasis itu benar-benar membuat Luis sakit hati. Itu sebabnya, barangkali, Suarez menolak ajakan jabat tangan Evra.
"Saya memang tidak menunjukkannya di lapangan. Tapi sebenarnya saya sering menangis dengan semua hal terkait Evra," ungkap Suarez, dalam program televisi tersebut, Selasa 17 Juli 2012.

Apa pun yang terjadi, Luis Suarez adalah pahlawan bagi Uruguay. Namanya begitu harum di negeri Republik Uruguay yang memiliki makna leksikal Negeri di Timur Sungai ini.
Keluar Negeri Tak Bisa Bahasa Asing
Luis Suarez memang sempat kuliah di fakultas biologi. Tapi dunia sepakbola lebih menarik perhatiannya. Saat berusia 19 tahun, Suarez memutuskan ke Groningen, Negeri Belanda.
Luis pergi meninggalkan Uruguay dengan bekal nekat tanpa kemampuan bahasa Belanda dan Inggris sama sekali. Padahal, Suarez akan bermain untuk Groningen. Penyesuaian awal dengan bahasa dan sepakbola gaya Belanda dilakukannya di tim kedua.

Keberadaan 'teman sekampung' asal Uruguay, Bruno Silva yang lebih dulu ada di tim jelas sangat membantu. Teman-teman Belandanya amat menghormati usaha dan kerja keras Suarez dalam belajar bahasa.

Luis memang main bagus, tapi ada masalah dengan kedisiplinannya. Penampilannya yang bagus ditunjukkannya dengan mencetak 4 gol selama Januari 2007 untuk Groningen. Total gol yang disumbangkannya bagi klub mencapai 10 dari 29 penampilannya di Liga Belanda Eredivisie. Posisi Groningen di musim 2006-2007 bertengger di urutan ke-8.

Penampilannya yang apik di Liga Belanda membuat Ajax menginginkan pemuda asal Kota Salto itu. Akhirnya, Luis Suarez bergabung di Ajax dengan masa kontrak selama 5 tahun.
![Kisah Luis Suarez: Nyaris Hancur Ditinggal Pacar [3] Kisah Luis Suarez: Nyaris Hancur Ditinggal Pacar [3]](http://static6.com/201311/luis-suarez-2-131106c.jpg)
Ada gadis 13 tahun yang amat menarik perhatiannya. Umurnya hanya terpaut dua tahun. Sofia Balbi namanya. Parasnya cantik. Rambutnya pirang keemasan. Luis tahu, Sofia pun sangat menyukainya. Hubungan mereka begitu akrab.

Hari-hari mereka diisi dengan ketemuan, ngobrol, dan saling mendukung menguatkan. Sofia adalah cinta pertama Luis.
Ketika keadaan Luis dengan keluarganya benar-benar sulit, Sofia memberikan spirit. Karena Sofia jualah, Luis urung keluar dari Nacional. Sofia jugalah yang menguatkan Luis ketika Rodolfo dan Sandra Diaz bercerai. Luis pun menjadi kokoh dan semangat bekerja keras. Siang bermain bola, malam hari mengerjakan tugas-tugas sekolah. Ketika itu, Luis sudah menerima honor dari Nacional.
"Saya menemukan pacar saat usia 15 tahun. Dia membantu saya untuk menyadari betapa pentingnya sepakbola bagi saya," ujarnya seperti ditulis Daily Mail 2011 silam.
Wilson Pirez seorang pemandu bakat Nacional menuturkan, Sofia kerap terlihat di pinggir lapangan ketika Luis sedang menjalani latihan bola.
"Dia tidak cukup siap mental untuk menjadi pemain sepakbola. Tapi kehadirannya membuat anak itu begitu lapar untuk sukses," ungkap Pirez mengisahkan tentang keberadaan Sofia bagi Luis.
Kehilangan sang Kekasih
Kehadiran Sofia begitu berarti dalam kehidupan Luis yang masih belia. Namun tiba-tiba kabar itu datang dan amat menyesakkan hati. Keluarga Sofia akan pindah ke Eropa 2003.
Sang waktu akhirnya tiba. Sofia bersama kedua orangtuanya pindah ke Barcelona, Spanyol. Ketika saat itu tiba, Luis merasakan dirinya begitu hancur.
"Ketika Sofia pergi untuk tinggal di Spanyol, saya berhenti main bola lagi," ujar Luis Soarez. "Tapi waktu itu, saya menyadari bahwa saya harus mendedikasikan diri untuk olahraga indah ini," katanya menambahkan.

Dalam benak Luis, yang terpikir hanya Sofia. Jadi tak ada yang bisa dilakukan kecuali berlatih keras dan bercita-cita main sepakbola di Eropa. Itulah jalan satu-satunya jika ingin bertemu Sofia lagi.
Spirit itu dibawanya ketika berlaga melawan San Eugenio. Luis berhasil menyumbangkan 4 gol meski sebelumnya hanya duduk di bangku pemain cadangan. Sejak itulah, Luis Suarez tak terbendung lagi. Baginya, semua laga sangat penting. Sang pelatih sempat memergokinya sedang menangis di kamar mandi karena tak berhasil mencetak gol, meski timnya unggul atas Tacuarembo 3-0.
"Dia selalu mencetak gol di pertandingan besar dan laga derby. Anak itu selalu muncul ketika Anda membutuhkannya," ungkap Pirez yang menemukan Luis sebagai bocah bertalenta itu.
Luis berhasil mencetak 10 gol dari 27 pertandingan bersama Nacional, sebelum memutuskan hengkang ke Groningen, Belanda untuk meraih mimpi-mimpinya.
Ke Eropa Mencari Sofia
Motivasi awal Luis ke Eropa tak bisa dipungkiri, bukan sekadar main bola, tapi ingin lebih mendekati Sofia. Meski sang cinta pertama itu ada di Spanyol.
Ketika Groningen menyatakan positif ingin merekrutnya, hati Luis begitu berbunga-bunga. Hari bersejarah itu pun tiba. Luis Suarez pergi ke Belanda dengan berjuta harapan.
Luis memang tak lama bermain untuk Groningen, namun kehadirannya sempat menjadi idola. Menurut mantan pelatih Groningen Rob Jans, permainan Luis memang patut mendapat pujian.

"Dia tidak bermain lama di sini, tapi dia menjadi idola," ujar Gustavo Bueno salah seorang pelatih.
Setelah bermain di Groningen, pemuda asal Kota Salto Uruguay itu memutuskan hijrah ke Ajax Amsterdam yang tak bisa lagi menahan diri ingin segera merekrut Luis. Sejak bermain di Ajax, ketajaman Luis kian menjadi-jadi.
Publik sepakbola Negeri Kincir itu pun tak pernah lepas mengamati sang idola baru. Surat kabar setempat De Telegraaf edisi 2010 sempat menempatkan berita Luis Suarez sebagai headline dengan judul 'The Cannibal of Ajax'.
Bahasa Sempat Jadi Kendala
Luis berangkat ke Belanda tanpa kemampuan bahasa asing sama sekali. Tak bisa bahasa Belanda dan juga bercakap Inggris. Dia hanya mengerti bahasa Spanyol.
"Dia tidak berbicara bahasa Inggris atau Belanda. Jadi kami harus menggunakan bahasa alat dan tubuh kita untuk berkomunikasi. Tapi dia bermain luar biasa tiap pekan," ujar mantan striker Fulham Erik Nevland.
Luis kerap menjalin komunikasi dengan komunitas berbahasa Spanyol di Belanda. Sehingga berbagai informasi tetap terus terjaga, termasuk di antaranya dengan menjalin hubungan dengan para pesepakbola asal Amerika Latin.

Jarak tak menjadi halangan bagi Luis untuk tetap mencintai Sofia. Komunikasi dan hubungan asmara tetap terjaga. Manajer Ajax Herman Pinkster mengakui Luis memang amat ketat mengatur waktunya.
Tahun 2009 tak mungkin lupa dari ingatan Luis Suarez. Tahun itulah dirinya mengikat janji suci dengan sang kekasih Sofia Balbi yang telah dikejarnya hingga ke daratan Eropa. Herman Pinkster pun hadir di pesta pernikahan Luis-Sofia di Montevideo.
"Ini adalah pesta besar. Sofia sangat penting baginya," kata Herman Pinkster.
![Kisah Luis Suarez: Pernah Dijuluki Kanibal dari Ajax [4] Kisah Luis Suarez: Pernah Dijuluki Kanibal dari Ajax [4]](http://static6.com/201311/kisah-luis-suarez-131107b.jpg)

Ada perangai negatif Luis yang jadi sorotan serius Basten. Apalagi kalau bukan sifatnya yang temperamental di lapangan. Buktinya, dalam semusim pemuda asal Kota Salto itu telah diganjar 7 kartu kuning oleh wasit.
Namun sang pelatih yang sempat menjadi penyerang legendaris Belanda bersama partnernya Ruud Gullit di lini depan Tim Oranye itu mengakui, Luis memang istimewa.

Debut Luis di Ajax diawali dengan sumbangan gol, baik di ajang Liga Eredivisie maupun di laga Champions. Di musim perdana, Luis telah membukukan 17 gol dari total 33 penampilannya bersama klub. Tak disangsikan lagi, duetnya bersama tombak tajam Klaas-Jan Huntellar menjadi momok bagi setiap lawan.
Masuk di Daftar Legenda Ajax
Ketajaman Luis Suarez tak diragukan lagi. Laga demi laga dilaluinya dengan gol. Pada musim 2009-2010, penyerang asal Uruguay ini mengakhiri musim dengan 35 gol dari total 33 pertandingan. Bahkan Luis bertengger di tempat teratas pencetak gol terbanyak Liga Eredivisie. Sementara catatan di semua laga bersama Ajax di luar kompetisi reguler, Luis menyumbangkan 49 gol. Luar biasa! Prestasinya itu diganjar dengan gelar pemain terbaik Belanda dan 'Ajax Player of the Year'.
Pelatih Martin Jol yang menggantikan Marco van Basten tentu saja amat girang dengan prestasi timnya ini. Prestasi istimewa Luis Suarez pun mendapatkan apresiasi positif dari para koleganya di dalam skuat. Wujudnya, jabatan kapten tim dipercayakan padanya.

Catatan tinta emas Suarez di Ajax kini sejajar dengan nama-nama besar lain yang sebelumnya pernah menorehkan kesuksesan serupa. Sebut saja, ada nama Johan Cruyff, Marco van Basten, Dennis Bergkamp, dan Frank de Boer yang berhasil mencatatkan prestasi lebih dari 100 gol. Selama bermain di Ajax, Luis Suarez telah membukukan 111 gol dalam 159 pertandingan.
Luis mengakhiri kiprahnya di Ajax dengan prestasi indah dan tepuk tangan meriah dari seluruh pengurus klub dan fans. Mereka ingin, Luis bisa tinggal lebih lama membela Ajax. Maklum saja, Ajax berhasil menjadi jawara Eredivisie 2010-2011.
Striker Bengal
Luis barangkali bisa digolongkan sebagai striker jenius. Tapi sayangnya, kurang santun dan cenderung temperamental di lapangan. Ada sejumlah catatan histori yang gelap terkait perilaku bocah asal Uruguay itu.
Dulu ketika masih main di Nacional U-14/15, Luis pernah menanduk wasit yang memimpin pertandingan gara-gara tak puas dengan keputusannya. Akibatnya, Luis diusir keluar lapangan. Tak hanya itu, Luis juga sempat 'tertangkap basah' pesta dan mabuk-mabukan bersama teman-temannya. Akibatnya, dia diancam dikeluarkan dari klub.
Namun catatan yang paling diingat publik sepakbola Belanda adalah ketika Luis menggigit bahu pemain PSV Eindoven Otman Bakkal, 20 November 2010. Ketika itu, laga berakhir dengan skor imbang 0-0. Akibat dari kelakuannya itu, Luis dihukum larangan bermain di dua pertandingan serta denda uang. Jumlah nominalnya tak diketahui sampai sekarang.

Insiden 'Gigit Bahu' ini pun menjadi berita utama di koran Belanda De Telegraaf dengan judul huruf besar dan mencolok 'Cannibal of Ajax'.
Setelah kasus tersebut, Luis meminta maaf. Ungkapan maafnya diunggah via akun pribadi FB-nya.

Ketika situasi kembali tenang, berita tentang Luis Suarez muncul lagi. Tapi kali ini menyangkut rencana kepindahannya ke klub yang bermain di ajang Liga Premier. Raksasa Liverpool tertarik untuk merekrutnya sebagai striker. Dua hari menjelang berakhirnya bulan Januari 2011, Suarez benar-benar meninggalkan Ajax dan hengkang ke Inggris.
![Kisah Luis Suarez: Ternoda Kasus Rasis dan Gigit Lengan [5-Habis] Kisah Luis Suarez: Ternoda Kasus Rasis dan Gigit Lengan [5-Habis]](http://static6.com/201311/luis-suarez-2-131108b.jpg)
Kasus rasis yang dituduhkan kepada Luis Suarez benar-benar mengada-ada. Jan sambil mengingat-ingat masa lalunya bermain menjadi penyerang andalan Ajax. Tapi kenyataannya, pengadilan FA telah memutuskan bahwa Luis dinyatakan bersalah dalam kasus tersebut. Hukumannya tegas: Luis dilarang bermain di delapan pertandingan bersama Liverpool.

Luis jelas sangat terpukul dengan vonis tersebut. Jan sang sahabat pun berempati. Laga di Stadion Anfield melawan Manchester United, Sabtu 15 Oktober 2011 itu benar-benar menjadi kenangan teramat getir dalam catatan karier Luis. Betapa tidak, ia dinyatakan bersalah mengejek Patrice Evra dengan tuduhan rasis. Padahal leluhurnya sendiri berdarah negro dan dirinya sering dipanggil 'Mi Negrito' oleh nenek Lila perempuan yang sangat dikasihinya.
Jan masih ingat, sembilan bulan sebelum kasus itu terjadi mereka masih bermain bersama membela Ajax dan membawa tim kesayangannya itu bertengger di panggung teratas Liga Belanda. Menurutnya, Luis meski kadang berperilaku bengal dan temperamental, namun sejatinya hatinya emas.
"Dia itu hanya suka mengintimidasi orang lain selama pertandingan. Tapi sesungguhnya dia memiliki hati emas," tutur Klaas-Jan Huntellar seperti ditulis The Sun.

Ada yang berbeda pada Luis, tak seperti pemain lainnya. Di setiap laga, Luis selalu bergairah. Bahkan saking bersemangatnya, dia tak sanggup mengontrol diri lagi.
"Dia itu hanya begitu bergairah tentang sepakbola yang kadang-kadang cara mengekspresikannya berlebihan," kata sang sahabat mantan striker Fulham Erik Nevland seperti dikutip Daily Mail.
Itulah Luis Suarez. Itulah kelebihannya. Sebagian orang lain melihat dan menilainya sebagai kelemahan pemuda asal Uruguay itu.
Liverpool Menyambut Luis
Luis Suarez percaya bahwa hidup itu bagai air mengalir. Ia pun menjalaninya apa adanya. Luis tak pernah membayangkan dirinya bakal berlabuh di dermaga Liverpool, sebuah kota pelabuhan terbesar dan teramai di Inggris. Dia juga tak pernah mengira sebelumnya akan bermukim di Anfield membela salah satu klub tertua di Inggris Raya itu. Liverpool berdiri 15 Maret 1892 atau 121 tahun silam.
Pelatih Kenneth Mathieson Dalglish atau yang dikenal sebagai Kenny Dalglish menyambut dengan penuh suka cita kehadiran Luis Suarez di Anfield. Waktu itu, seperti ditulis laman resmi Liverpool Selasa 1 Februari 2011, Luis Suarez positif bergabung di markas Anfield. Sebagai penghormatan, Luis diberi nomor punggung 7.
Di kalangan publik Anfield, nomor punggung 7 ini tak sembarangan dipakai pemain. Bahkan nomor punggung 7 dianggap 'keramat' di Liverpool. Dulu nomor punggung 7 dipakai sendiri oleh Kenny Dalglish sang manajer yang menjadi legenda Liverpool.

Liverpool yang dijuluki The Reds alias Si Merah itu membeli Luis dengan harga yang luar biasa, 26,5 juta Euro atau sekitar Rp 323,7 miliar. Liverpool punya pengharapan besar pada bintang asal Ajax itu dengan mengontraknya hingga 2016.
Penampilan Luis memang tak mengecewakan. Di musim 2012-2013 ketajamannya luar biasa. Keliarannya di area kotak penalti lawan selalu diwaspadai. Luis Suarez berhasil mengemas 23 gol sepanjang musim dan berada di posisi kedua di bawah Robin van Persie yang mencetak 26 gol.
Pada musim 2013-2014 ini kesuburan Luis masih nyata. Bersama pasangan duetnya Daniel Sturridge, striker asal Kota Salto Uruguay ini berubah menjadi momok yang amat menakutkan di lini pertahanan lawan. Jika Sturridge telah mengemas 7 gol, Luis Suarez sudah menceploskan 6 gol ke gawang lawan. Luar biasa.
Insiden Gigit Lengan
Sifat temperamental Luis kumat lagi di Liverpool. Insiden itu terjadi Minggu 21 April 2013, saat The Reds menjamu Chelsea. Permainan yang begitu ketat dan keras mengakibatkan tekanan tersendiri bagi para pemain. Terlebih para personel Liverpool yang bermain di kandang sendiri. Para fans menginginkan timnya mampu melumat Chelsea.
Skor pertandingan kala itu berimbang 2-2. Luis berhasil memasukkan bola ke gawang The Blues di masa injury time dan mengubah keadaan menjadi imbang. Ketika keadaan begitu genting itulah, terjadi insiden gigit lengan. Korbannya, pemain bertahan asal Serbia Branislav Ivanovic.

Kontan saja, insiden itu sempat menjadi berita di mana-mana. Bahkan Luis Suarez dikecam dan dijadikan bulan-bulanan media massa gara-gara ulahnya itu. Asosiasi Sepakbola Inggris pun bereaksi. Sanksi dijatuhkan, Luis Suarez dilarang bermain di 10 pertandingan dan denda sejumlah uang. Luis tak mengajukan banding.

Kepada media massa dan publik sepakbola Inggris, Suarez menyatakan telah meminta maaf atas perbuatannya itu. Namun berita itu langsung dibantah Ivanovic. Menurut pemain bertahan di Timnas Serbia itu, dirinya tak pernah merasa menerima permintaan maaf dari Luis. Meski dirinya telah memaafkan perbuatan striker Liverpool tersebut.
Sejak itulah Luis Suarez kerap dihujat dan diolok-olok penonton. Media massa pun kembali mengungkit perbuatan masa lalu Luis ketika di Ajax yang juga pernah menggigit bahu pemain PSV Eindoven Otman Bakkal, 20 November 2010. Bahkan ketika itu, media Belanda De Telegraaf menjulukinya dengan sebutan 'Kanibal dari Ajax' untuk judul tulisan utama mereka 'Cannibal of Ajax'.

Seolah seperti tak ada tempat lagi yang bisa menenteramkan dirinya di Liverpool, Luis selalu galau dan murung. Ketika beberapa klub besar meliriknya, Luis pun bermaksud hengkang dari Anfield. Menjelang bursa transfer musim lalu, nama Luis Suarez terus menerus disebut-sebut akan meninggalkan Liverpool.
Banyak pemain di skuat Liverpool yang menginginkan agar Luis Suarez tetap bertahan di Anfield. Melului perjuangan batin yang panjang, akhirnya Luis Suarez yang merasa dirinya telah dimusuhi dan selalu disudutkan media massa memutuskan untuk tetap main bersama Liverpool.
Sumber : Liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar