Lantaran belum pernah juara sejak Liga Primer dibentuk sebagai kompetisi baru kasta teratas Inggris pada 1992, Liverpool harus merelakan status sebagai penguasa liga direbut Manchester United.

Meraja dengan 18 titel di era Football League First Division, perlahan namun pasti The Reds disusul The Red Devils yang sukses mendominasi EPL di bawah komando Sir Alex Ferguson. Gelar Premier League musim lalu, persembahan terakhir Fergie sebelum pensiun, adalah yang ke-13 buat United atau trofi ke-20 mereka sepanjang sejarah liga.

Kehilangan predikat nomor satu untuk koleksi juara Liga Inggris toh tak melunturkan sejarah dan kedudukan Liverpool sebagai salah satu klub terbesar dunia dengan basis fans amat kuat.

Lagi pula silverware di liga domestik bukan satu-satunya kebanggaan Pool. Sampai saat ini The Anfield Gang bahkan masih tercatat sebagai wakil Inggris tersukses di panggung Eropa berkat torehan lima trofi Liga Champions, tiga Piala UEFA, plus tiga Piala Super Eropa.

Seteru sewilayah Everton ini juga menjadi tim Inggris pertama yang mampu merengkuh tiga gelar sekaligus dalam semusim tatkala menjuarai liga, Piala Liga, dan Liga Champions (masih bernama European Cup) pada 1983/84, prestasi yang kemudian diulangi lagi lebih dari satu setengah dekade berselang lewat raihan trofi Piala FA, Piala Liga, serta Piala UEFA 2000/01.


Patung Bill Shankly | Bentuk apresiasi klub atas jasa sang manajer legendaris

Tanda-tanda Si Merah bakal menjelma sebagai klub raksasa sudah terlihat sejak awal mereka berdiri. Dibangun oleh John Houlding, pemilik Anfield dan mantan chairman Everton, pada 1892, Pool malah jauh lebih sukses ketimbang tetangga sekota yang 14 tahun lebih tua itu.

Saat itu, pertikaian antara Houlding dan komite Everton mengenai cara mengelola klub berujung dengan keputusan The Toffees untuk meninggalkan Anfield, kandang mereka sejak 1884, dan pindah ke Goodison Park.

Dengan stadion kepunyaannya tak berpenghuni, Houlding membentuk klub baru bernama Everton FC and Athletic Grounds Ltd, atau singkatnya Everton Athletic, yang tak lama berselang berganti menjadi Liverpool FC setelah FA menolak penggunaan nama Everton oleh tim anyar tersebut.

Di musim debutnya, Pool langsung menunjukkan kekuatan dengan memenangi Lancashire League, kompetisi antarklub di kawasan utara Inggris, sebelum bergabung dengan Divisi II Football League setahun berselang. Kembali The Reds meraih posisi pertama sekaligus menyabet tiket promosi ke level teratas, Divisi I. Tak butuh waktu lama buat Liverpool keluar sebagai jawara. Mereka berhasil mengggondol trofi pada 1900/01, titel Liga Inggris pertama buat klub, dan meraihnya lagi lima tahun berselang.

Masa keemasan The Reds hadir di periode 1970 dan 1980-an di bawah kepemimpinan dua manajer legendaris, Bill Shankly serta Bob Paisley, yang mempersembahkan sederet titel bergengsi termasuk 11 gelar liga dan tujuh trofi Eropa.


"The Miracle of Istanbul" | Salah satu drama yang mewarnai sejarah Liverpool

Di samping sejarah kuat, Liverpool juga dikenal sebagai tim yang kerap menyajikan laga-laga dramatis. Thriller sembilan gol di final Piala UEFA 2000/01 kontra Alaves, yang dimenangi Pool 5-4, dan "The Miracle of Istanbul" di babak pamungkas Liga Champions 2004/05 hanya segelintir contohnya.

Sayang, bukan cuma momen manis yang menandai riwayat Liverpool. Memori buruk tragedi Heysel dan Hillsborough menjadi episode kelam yang mustahil terhapus dari buku sejarah klub. Periode nirgelar tim di pentas Premier League juga pastinya sudah membuat gerah para Liverpudlians, apalagi mereka sempat mengolok-olok Manchester United dengan banner bertuliskan "Come back when you've won 18".

Apa pun, di balik segala suka-duka loyalitas dan kecintaan suporter pada Liverpool tak pernah lapuk oleh waktu. Lagu tema You'll Never Walk Alone pun dipastikan bakal bergema di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 20 Juli mendatang saat Steven Gerrard cs. untuk pertama kalinya menyapa langsung Liverpudlians Indonesia.
Source : Goal